Hamparan sawah luas mengelilingi
perjalananku menuju sebuah rumah
Dimana
keheningan dan suara anak-anak sedang berdoa
Tanpa Bapa dan
Ibunya,hanya ditemani oleh beberapa biarawati didalamnya
Perjalanan yang
kutempuh sangat jauh sehingga harus kupikirkan cara untuk bisa kembali
Kuteguhkan
hatiku dengan empat keping uang yang tak pernah kubagi dengan sesamaku
Walaupun aku
tidak tahu apakah esok aku bisa kembali atau tidak dengan sisanya
Atau apakah aku
bisa mendapatkan pekerjaan secepatnya setelah ini
Saat itu tidak ada yang aku
pikirkan kecuali membulatkan tekatku,
Tidak
ada jalan lagi selain membaginya dengan sesamaku,
Oh
Tuhan,kuatkanlah aku setelah ini,
Lalu
aku sandarkan motorku ditepian sawah,
Sembari
minum sebuah air dingin, dengan kepingan secukupnya
Tak lama datanglah seorang bapa dari
pinggiran sawah,
Kemudian
menyambangiku dan berkata,”kiambakan tho dek,kok sajakke bingung.”
Lalu aku
menjawabnya dengan lembut,”iya pak, saya sedang istirahat karena perjalanan
jauh.”
Nak, engkau
terlalu banyak pikiran yang tersirat dari wajahmu,
Jika engkau
sudah melangkah, jangan berpikir untuk mundur walau sejengkal
Aku hanya sedikit berpikir untuk
mengolah sisa kepingan ini,”kataku.”
Harus membaginya dengan adikku
dan diriku sendiri,
Lantas apa yang akan terjadi
nantinya padahal aku belum mendapat pekerjaan,
Aku harus hidup dan bertumpu
pada kerasnya ibukota,
Anakku, jika
engkau memiliki dosa masa lalu yang belum terbayar,
Maka harga itu
pantas untukmu, dan jika engkau tidak mendapat apa yang kamu mau
Itu adalah
sebuah konsekuensi roda kehidupanmu,
Tapi percayalah bahwa Bapamu diatas sana,
yang bersembunyi dalam bongkahan awan dan bintang
Akan melihatnya
dan tidak akan menutup matanya atas apa yang kamu lakukan.
Ingatlah dalam
hal makan bahwa burungpun tidak pernah menabur tapi mereka bisa merasakan
hasilnya
Bagilah rata dengan adikmu hasil yang kamu
punyai sekarang,
Dan janganlah
hendaknya kamu berpikir,
Tetapi tutuplah
matamu dan katakan dengan doa,”Tuhan, inilah hasil dari jerih payah yang bisa kuberikan
untuk membayar dosa-dosaku. Jika memang ini tidak cukup untuk menyembuhkan
luka-luka berdarah dari hatiMu, maka kuatkanlah diriku untuk selalu percaya
keluhuranMu.”
Lalu tak lama
aku membuka mataku setelah menirukan doa, bapa itu hilang dari hadapanku
Meninggalkan
sebuah lembaran doa yang manis, yang akan selalu aku gunakan dikemudian hari.