Menjelang pagi aku berjalan menyusur pasar tradisional, entah kenapa hanya ada satu tempat yang menjual daging dari sekian hewan.
Laki-laki itu menawarkanku daging dari 4 jenis binatang yang tidak pernah aku makan. Lalu aku bertanya kepadaNya,"Tuan, daging apakah yang Engkau jual karena aku membutuhkannya?."
Tuan itu tersenyum dan menawarkan sebuah kursi kepadaku,"Aku menjual daging Unta, Pelanduk, Kelinci dan Babi Hutan, mereka ini masih segar-segar dan hendaknya kamu memakannya untuk hidangan pagi hingga malam hari.
Maaf Tuanku, tidak satupun daging yang Engkau jual boleh aku makan. Sekali lagi maafkan aku Tuan, aku tidak diperkenankan makan daging tersebut karena akan membuatku berdosa.
Lantas Tuan yang pemurah itu menjawab dengan lembut kepadaku,"PutraKu yang manis, bukan daging Unta yang tak boleh kamu makan pada pagi hari melainkan janganlah kamu menyimpan air untuk dirimu sendiri, bagilah untuk sesamamu. Jika engkau memakan daging Pelanduk pada siang hari jangan sampai engkau terjerumus untuk menjadi seorang yang licik dan lupa diri. Sore harinya engkau ingin makan daging Kelinci hendaknya itu bagus untukmu asal jangan engkau menghindar dari masalah dengan melompat dari satu masalah dan membuat masalah lain karena itu sifat pengecut. Makanlah Babi Hutan untuk sajian malam harinya tapi jangan menjadikanmu seorang yang suka berzinah, hidup kotor dan rakus. Ingatlah untuk selalu eling lan waspadha. Itulah pesanKu agar engkau mengerti dengan hidup kedagingan.
Tuan, alangkah mulia dan bijaksana uraian dan tutur kataMu. Kiranya aku boleh belajar menjadi seorang pemilih dan pemilah daging untuk kehidupanku sekarang dan selamanya.